The Ambiguity of Using the Statement of Absolute Responsibility Based on Minister of Home Affairs Regulation Number 109 of 2019: Study in Dharmasraya Regency, West Sumatra Province, Indonesia
DOI:
https://doi.org/10.30631/alrisalah.v23i1.1358Keywords:
Ambiguity, SPTJM, Unregistered MarriagesAbstract
Marriages are required to be registered under the provisions of Law Number 1 of 1974, specifically Article 2. This registration plays a crucial role in establishing the legality of marriages and enables the utilization of different associated benefits. Meanwhile, unregistered marriages give rise to a range of legal issues, including uncertainties regarding lineage, concerns related to maintenance, and inheritance rights. In line with the Ministry of Home Affairs Regulation Number 109 of 2019 regarding Population Administration, couples involved have the option to obtain important documents such as the Population Identification Card (KTP), Birth Certificate, and Family Card (KK) by signing a Statement of Absolute Responsibility (SPTJM). This situation raises significant concerns regarding the legal implications of unregistered marriages. Therefore, this study aimed to employ an empirical legal approach with qualitative methods and obtained data through interviews, observations, and documentation. The data analysis used Miles and Huberman's method to uncover the meaning within Ministry of Home Affairs Regulation Number 109 of 2019 regarding Unregistered Marriages and unveiled the ambiguity in understanding the true meaning. Furthermore, a study conducted in Dharmasraya Regency in 2021 discovered the issuance of 69,144 Family Cards by the Directorate General of Population and Civil Registration, and 22,453 (32.47%) were unregistered marriages. Only 194 individuals applied for validation (isbat) within 3 years, where 101, 27, and 66 were accepted, rejected, and revoked, respectively. In conclusion, the community perceived their marriages to be legal due to the issuance of Ministry of Home Affairs Regulation Number 109 of 2019, even though the SPTJM did not legalize the concept or hold legal authority over the consequences.
References
Journals
Alifianti, Salsa Devi Sisti, Amelia Nurul Izzah, Muhammad Fhaiz Habib Fhaizin Zudin, Arfiyanto Gunawan, and Zakiyatul Ulya. “Degradasi Otoritas KUA Sebagai Lembaga Pencatatan Perkawinan Pasca Berlakunya SPTJM Dalam Permendagri No. 9 Tahun 2016.†Ma’mal: Jurnal Laboratorium Syariah Dan Hukum 4, no. 1 (2023): 59–80.
Aminah, Siti. “Hukum Nikah Di Bawah Tangan (Nikah Siri).†Jurnal Cendekia 12, no. 1 (2014).
Arifin, Arini Indika. “Reformasi Kekuasaan Mengadili Pengadilan Agama Berdasarkan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama.†Millah: Jurnal Studi Agama, 2017, 341–62.
Gunawan, Eddie. “Siri’s Marriage and Its Legal Consequences According to the Marriage Law.†STAIN Sharia Department. Manado, 2013.
Gunawan, Edi. “Nikah Siri Dan Akibat Hukumnya Menurut UU Perkawinan.†Jurnal Ilmiah Al-Syir’ah 11, no. 1 (2013).
Hidayat, Rahmat, Jayusman Jayusman, Efrinaldi Efrinaldi, and Rita Sari. “Review of MaqÄsid Al-Syarī’ah Concerning the Fulfillment of Child Rights Post-Divorce in Budi Aji Village, Simpang Pematang District, Mesuji Regency.†In Al-Risalah: Forum Kajian Hukum Dan Sosial Kemasyarakatan, 22:213–28, 2022.
Hidayat, Rofik Samsul. “Kontroversi SPTJM (Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak) Dalam Permendagri Nomor: 109 Tahun 2019.†Jurnal Pendidikan Tambusai 6, no. 1 (2022): 2409–15.
Khoiriyah, Rihlatul. “Aspek Hukum Perlindungan Perempuan Dan Anak Dalam Nikah Siri.†Sawwa: Jurnal Studi Gender 12, no. 3 (2017): 397–408.
Lathifah, Itsnaatul. “Pencatatan Perkawinan: Melacak Akar Budaya Hukum Dan Respon Masyarakat Indonesia Terhadap Pencatatan Perkawinan.†Al-Mazaahib: Jurnal Perbandingan Hukum 3, no. 1 (2015).
Maharani, Monica Putri, and Anjar Sri Ciptorukmi Nugraheni. “Legalitas Dan Akibat Hukum Kedudukan Anak Yang Lahir Dari Perkawinan Siri Pada Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sukoharjo.†Jurnal Inovasi Penelitian 2, no. 3 (2021): 849–54.
Manurung, Agus, and Lusia Sulastri. “Jurnal Nasional Dengan Judul" Polemik Pencatatan Anak Dari Nikah Siri".†Jurnal Hukum Sasana 7, no. 2 (2021): 322–32.
Olivia, Fitria. “Pelaksanaan Perolehan Akta Kelahiran Bagi Anak Luar Kawin Dan Kendalanya Di Suku Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kotamadya Jakarta Barat.†Lex Jurnalica 9, no. 1 (2012): 18043.
Sandjojo, Natasya Immanuela and Agus Yudha Hernoko. "Akibat Hukum Pembatalan Akta Kelahiran terhadap Anak.†Perspektif 23, no. 2 (2018): 84–93.
Setiawan, Eko. “Fenomena Nikah Siri Dalam Perspektif Sosiologi Hukum.†Justicia Islamica: Jurnal Kajian Hukum Dan Sosial 13, no. 1 (2016): 135–55.
Sururie, Ramdani Wahyu. “Polemik Di Seputar Hukum Isbat Nikah Dalam Sistem Hukum Perkawinan Indonesia.†Al-Manahij: Jurnal Kajian Hukum Islam 11, no. 2 (2017): 233–46.
Syafitri, Harnis. "Eksistensi Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan terhadap Peraturan Poligami dan Nikah Siri dengan Ketentuan Mendapatkan Izin kepada Isteri." Jurnal Lex Justitia 2, no. 1 (2020): 78–92.
Tahir, Juraeri, A Qadir Gassing HT, Achmad Abubakar, and Kasjim Salenda. “Faktor-Faktor Penyebab Nikah Siri Di Sulawesi Barat.†Jurnal Diskursus Islam 5, no. 2 (2017): 283–302.
Trisna, Kadek Dwiky Nugraha Yoga, Ketut Sudiatmaka, and Ni Ketut Sari Adnyani. “Implemntasi Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2018 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil terhadap Proses Perceraian pada Perkawinan Tidak Tercatat di Kabupaten Buleleng." Jurnal Komunitas Yustisia 5, no. 3 (2022): 297–314.
Yusuf, M Yusuf M. “Dampak Nikah Siri Terhadap Perilaku Keluarga.†At-Taujih: Bimbingan Dan Konseling Islam 2, no. 2 (2020): 96–108
Research Report
Al-Parisy, Migel M. "Analisa Pasal 4 ayat 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 2016 tentang Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) bagi Pelaku Nikah Sirri pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Bangkinang Perspektif Maqashid al-Syariah.†(Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2023).
Elimartati. “Bunga Rampai Perkawinan Di Indonesia,†2014.
Haq, Muhammad Dliyaul. “Dampak Hukum Penggunaan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak Terhadap Legalitas Anak Dalam Membuat Dokumen Kependudukan. Program Studi Hukum Keluarga.†Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, n.d.
Hasniyati, Nailasara. “Implikasi Pelayanan Terpadu Isbat Nikah, Penerbitan Akta Nikah, dan Akta Kelahiran terhadap Perlindungan Hak Identitas Hukum (Studi Kasus di Kabupaten Purbalingga Tahun 2015-2016)." n.d.
Rohmansyah, Duta Agung. “Analisis Sinkronisasi Hukum Tentang Peraturan Pencatatan Perkawinan Di Indonesia Antara Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2016.†UIN Sunan Ampel Surabaya, 2022.
Sofie, Helmi Muti. “Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) Sebagai Kebijakan Affirmatif Dalam Menyelesaikan Problematika Perkawinan Tidak Tercatat Perspektif Perlindungan Hukum Dan Mashlahah Mursalah Al-Ghazali.†Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2022.
Syah, Ferdiyan. "Kajian Yuridis Penetapan/Putusan Itsbat Nikah Sirri di Pengadilan Agama Slawi.†(Universitas Pancasakti Tegal, 2022).
Usman, Rachmadi. “Makna Pencatatan Perkawinan Dalam Peraturan Perundang-Undangan Perkawinan di Indonesia.†2017.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2023 Nofialdi Nofialdi, Elimartati Elimartati, Syukri Iska, Deri Rizal, Firdaus Firdaus, Kasmidin Kasmidin, Hamdani Hamdani
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
